Eskalasi di Lebanon semakin dalam, AS memperingatkan bahwa mereka tidak dapat melindungi Israel selamanya
JAKARTA — Pejabat AS telah memperingatkan Israel. Pasukan angkatan laut AS yang ditempatkan di wilayah tersebut tidak bisa tinggal di sana dan membela Israel selamanya.
Melansir New Arab, Sabtu (7/9/2024), komentar tersebut muncul di tengah kekhawatiran yang masih berlanjut mengenai eskalasi antara Israel dan Hizbullah di Lebanon.
Menurut Channel 13, sebuah pesan telah dikirim ke Israel. Pesan tersebut mengindikasikan bahwa ketegangan dengan Hizbullah dan Iran kunjungi harus dikurangi sampai batas tertentu, karena kapal-kapal AS mempunyai tenggat waktu. “(Catatan Redaksi) tidak bisa selamanya berada di kawasan itu,” ujarnya.
Kekhawatiran akan terjadinya perang habis-habisan muncul setelah pembunuhan komandan Hizbullah Fuad Shukr oleh Israel dan pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Hanniyeh oleh Iran pada bulan Juli.
Hizbullah menanggapi pembunuhan tersebut dengan meluncurkan serangan rudal dan drone skala besar terhadap sasaran di Israel utara pada 25 Agustus. Namun, kemungkinan akan terjadi lebih banyak pembalasan.
Menyusul serangan rudal dan drone, Departemen Pertahanan AS memperluas pengerahan dua kelompok serangan udara AS. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menegaskan kembali komitmen Amerika untuk mendukung Israel melawan segala ancaman dari Iran dan Hizbullah menyusul serangan Hizbullah.
Kapal induk Theodore Roosevelt telah tiba di daerah tersebut pada awal Juli, dan kapal induk Abraham Lincoln tiba pada pertengahan Agustus.
Menurut laporan, Austin baru-baru ini menelepon Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan kedua kepala pertahanan tersebut membahas situasi di sepanjang perbatasan dengan Lebanon.
Serangan udara Israel telah menewaskan sedikitnya 61 orang di Jalur Gaza
KAIRO — Serangan militer Israel di Jalur Gaza Palestina telah menewaskan sedikitnya 61 orang dalam 48 jam, pejabat medis mengumumkan Sabtu (7/9/2024). Sebelas bulan setelah dimulainya perang, beberapa putaran diplomatik belum mencapai kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri konflik dan membebaskan sandera Israel dan asing yang ditahan di Gaza. Serangan udara terhadap dua bekas sekolah yang menampung pengungsi, satu di Kota Gaza dan satu di Jabalia, menewaskan sedikitnya 12 orang, kata dokter Palestina.
Militer Israel mengatakan serangan itu menargetkan kelompok bersenjata Hamas yang beroperasi di kompleks tersebut. Lima orang lagi tewas dalam serangan terhadap sebuah rumah di Kota Gaza, kata dokter Palestina, sehingga jumlah total kematian menjadi 28 pada hari Sabtu.
Sayap bersenjata Hamas, Jihad Islam dan Fatah mengatakan mereka telah memerangi pasukan Israel di Gaza dengan roket anti-tank dan mortir dan, dalam beberapa insiden, meledakkan bom di tank dan kendaraan militer lainnya, katanya kepada Reuters.
Kedua pihak yang bertikai terus saling menyalahkan atas kegagalan mediator, termasuk Qatar, Mesir dan Amerika Serikat, dalam merundingkan gencatan senjata. Amerika Serikat sedang bersiap untuk mengajukan proposal baru, namun prospek terobosan tampaknya tipis karena jarak antara kedua belah pihak masih lebar.
Puluhan ribu warga Israel mengambil bagian dalam protes di Tel Aviv dan kota-kota lain, menuntut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya mencapai kesepakatan yang akan membebaskan 101 sandera yang tersisa. Pembunuhan enam sandera pekan lalu memicu gelombang kemarahan dan kesedihan yang berujung pada demonstrasi massal.
Оставить комментарий